Friday, June 10, 2011

pangeran kecil



Sebenarnya aku tak tega melihat semua itu. Aku diam bukan berarti aku tak peduli. Aku justru sangat merasakan kesakitan itu, kepedihan itu, dan ketersiksaan itu. Aku tak tega. Sehingga aku lebih baik tak melihat dan memilih menjauhnya.

Mungkin bukan seperti itu sikap yang seharusnya kau lakukan. Dia masih terlalu kecil. Ya, sangat kecil. Masih anak-anak. Terlalu keras sikap itu jika dilakukan untuknya. Mungkin menurut Anda, itu sebagai pelajaran. Tapi, sungguh, menurutku itu terlalu kejam. Aku benar-benar tak tega. Sungguh tak tega kala mendengar gertakanmu yang amat sangat keras. Apalagi melihat kejamnya kau dengan mudahnya mengubah semua benda di depanmu menjadi senjata tuk menyakitinya. Terlebih tangisan kencangnya karena sikap kasarmu. Sebenarnya hatiku menangis. Hati ini sangat sakit. Dan ingin sekali air mata ini ku teteskan namun aku selalu mencegahnya. Ingin sekali hati ini bersuara untuk menampilkan rasa iba. Ingin sekali jiwa ini bergejolak menunjukkan sikap kedewasaanku dan menasehatimu. Ingin sekali bibir ini bersuara tuk sekadar mengucapkan “cukup!!! dia manusia, dia anak kecil, dia bukan hewan ataupun benda mati!!!”. Tapi, entah mengapa semua itu tak bisa ku lakukan. Lidahku kelu seketika kala semua itu terjadi. Ya Allah, Andai kau tahu itu.. T.T

Seharusnya kau bisa lebih dewasa lagi tuk menyikapi kekanak-kanakannya. Aku tahu, mungkin saking kekanak-kanakannya terkadang mengganggu kau disaat pikiranmu ruwet, di saat emosimu naik, atau justru memang kau tak punya sosok layaknya orang yang lebih tua? Entahlah. Mungkin kau lupa, bahwa dia adalah anak kecil. Ya, bukan anak kecil namanya kalau bukan seperti itu sikapnya.

Namun, menurutku, kebahagiaan yang ia dapat sekarang, tak sebanding dengan kebahagiaan yang ku dapat saat seumuran dengannya. Bukan hanya sebatas pengandaian dan mimpi-mimpi belaka seperti itu. Aku kasihan, terlalu banyak inginnya yang kau paksakan tuk dijadikannya mimpi. *aku tak bermaksud menyalahkanmu, maaf*.   Ingin sekali ku mewujudkan mimpi kecilnya, tapi ku belum mampu.  Sewaktu kecilku, ku dimanja, kau penuhin semua inginku, kau ajak aku tamasya keliling kota. Kau ajak aku jalan-jalan sore. Kau belikan semua pintaku. Pun tak luput dengan kekejaman yang kau lakukan, namun hanya sedikit, tak terlalu sakit, seperti yang dia rasakan.

Aku tahu kau sayang aku. Menyayangi lebih dari yang lain, tepatnya. Mungkin karena aku sedikit membahagiakanmu tanpa kesadaranku. Mungkin karena aku  tak sengaja selalu membawa nama baikmu, mengharumkan nama mu di depan pahlawan tanpa tanda jasaku,dan di depan orang-orang sekitarmu. Tidak seperti dia *maaf, pahlawan kecilku, ku tak menjelekkanmu*.  Wajar bila dia tak sepertiku. Manusia diciptakanNYA berbeda-beda. Pun dengan orang tua yang sama. Terlebih lahir kembar. Tak akan selalu sama. Sebenarnya, aku melihat kelebihan tersirat yang ia miliki. Dia cerdas. Dia mampu. Namun hanya sedikit nakal, sewajarnya anak kecil. Apa kau tak bisa melihat kemampuannya itu? Kelebihannya itu? Sebenarnya aku mengerti dia. Dia hanya bisa kau tegur dengan sentuhan halus. Dia hanya ingin dimengerti sebagai sosok anak kecil. Dia hanya ingin dimanja dikala hatinya bergejolak, layaknya seorang anak kecil yang butuh kasih sayang lebih.

Hanya butuh KESABARAN, sebenarnya, kau dapat menyikapinya, dan kesakitan itu tak akan terjadi padanya,padaku, atau pada mereka.

Aku khawatir dengan sakit yang ia dapatkan darimu, akan tertanam penilaian buruk tentangmu, darinya.
Aku khawatir dengan sikap ketidakwajaranmu, akan membuatnya semakin berani padamu sehingga mungkin tersimpan rasa ingin membalasnya.
Aku khawatir dengan kejam yang kau lakukan, akan membuat dia tertekan dan terganggu jiwa kecilnya.
Ya, aku yakin, ia sangat tertekan sekali. Aku melihat dari matanya, dari isak tangisnya,dari air matanya, dan dari sikapnya memohon-mohon agar kau menghentikan keterlewatanmu.  
Ku tegaskan lagi, ku tak tega.T.T

Aku sayang dia. Aku kasihan dengannya. Aku menghargai sikap kekanak-kanaknnya. Dan aku mengerti akan butuhnya kasih sayang yang lebih untuknya.
Tolong, jangan sakiti ia. Berlatihlah untuk tidak selalu membuat enteng senjata. Berlatihlah untuk lebih melunakkan kerasnya hatimu. Berlatihlah untuk lebih mendewasakan sikapmu. Berlatihlah untuk lebih menghargainya sebagai anak kecil. Dan berlatihlah untuk mulai lebih mengerti dan ikut merasakan kesakitan yang ia rasakan dan berilah ia kasih sayang yang lebih, dengan tulus, tanpa paksaan, tanpa keras, ataupun sakit.
Hanya pesan itu, untukmu.. demi pahlawan kecilku yang jua akan mengharumkan namamu kelak dan membuatmu tersenyum kala dewasa kelak, disaat kau tengah rapuh. *maaf*
Ya Allah, semoga Engkau memaafkan dan melindungi mereka, amiin..


0 comments:

 

~k-e-p-o-m-p-o-n-g~ Copyright © 2008 Black Brown Pop Template designed by Ipiet's Blogger Template